BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Al-Qur’anmerupakan
mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad agar disampaikan
kepada umat manusia yang mengandung beberapa hal
separti:aqidah,syariah,akhlak,sejarah,iptek dan filsafat.kandungan al-Qur’ an
tersebut agar dipahami dan dilakukan oleh manusia.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang
terkandung dalam al-Qur’an?
2. Apa paradigma
filsafat dan IPTEK dalam pandangan al-Qur’an?
3. apa saja
manfaat kisah-kisah al-Qur’an?
C.TUJUAN DAN
MANFAAT
1. Agar mengerti
pokok-pokok kandungan al-Qur’an
2. Agar mengetahui
paradigma filsafat dan IPTEK menururt pandangan al-Qur’an
3. Agar mengetahui
manfaat kisah-kisah al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. POKOK-POKOK KANDUNGAN AL-QUR’AN
Dalam memahami pokok-pokok kandungan alqur’an terjadi
perbedaan pendapat menurut Mahmud Syaltut membagi menjadi dua bagian;
a). Akidah yaitu ajaran-ajaran yang mengatur sistem
keyakinan seorang muslim.
b). Syariah adalah doktrin yang mengatur berbagai
perbuatan manusia, baik dalam konteks hubungan ketuhanan, kekerabatan, maupun
sosial.
Menurut penulis buku alqur’an yang diterbitkan pokja UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta pembagian tersebut masih terlalu global masih ada
dimensi-dimensi yang lain seperti akhlak,sejarah dsb.
A. Akidah (tauhid)
Akidah merupakan inti kandungan alqur’an yang berasal
dari kata aqada -ya’qidu-aqdan-aqidatan’ yang berarti simpul, ikatan,
perjanjian dan kokoh. Setelah kata tersebut menjadi aqidah berarti
keyakinan.
Secara terminologis menurut Hasan al Banna akidah adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenangan
jiwa menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keragu-raguan sedikitpun.
Sedangkan menurut Abu Bakar Jabir al Jai’iri akidah
adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (baca:bersifat
aksiomatik) oleh manusia,berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran tersebut
dipatrikan oleh manusia dalam hati serta diyakini kebenaran dan kaberadaannya
secara pasti, segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran tersebut
ditolak.
Adapun ruang lingkup pembahasan akidah meliputi;
a. Ilahiyyat adalah sesuatu
yang berhubungan dengan Allah Swt seperti wujud Allah, nama-nama, sifat-sifat
dan perbuatan-Nya. Karena Allah tidak tampak (ghaib) oleh manusia, maka untuk
sekedar mandapat gambaran atau pengertian di berikanlah sifat-sifat Allah Swt
dalam al qur’an. Meskipun tetap harus dicatat bahwa segala sesuatu yang
terbayang di benak kita,sesungguhnya bukanlah Allah.Sebab allah tak dapat
dibayangkan. Sesuai dengan firman Allah QS.al-Syuro ayat 11 “ tidak ada
sesuatupun yang serupa dengannya”
Diantara sifat Allah yang disebut dalam al qur’an adalah
Rabb yang berarti mendidik, memelihara, yang memiliki. Kata tersebut disebut
dalam al qur’an sebanyak 967 kali. Dan masih banyak lagi sifat-sifat Allah
sebagaimana terumuskan dalam asma’ul husna yang berjumlah 99 yang
kesemuannya menggambarkan kesempurnaan sifat-sifat Allah.
b. Nubuwwat adalah hal-hal yang berkaitan dengan nabi
dan rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab allah dan sebagainya. Nabi
yang disebut secara tegas dalam al qur’an berjumlah dua puluh lima. Sedangkan
kitab Allah ada empat: Zabur,Taurat,Injil,Al qur’an. Al qur,an merupakan kitab
Allah yang akan menjadi petunjuk bagi umat manusia dan kemurniannya akan tetap
terjaga sampai hari kiamat nanti.Ada shuhuf-shuhuf yang diturunkan kepada Nabi
Nuh, Nabi Ibrahimdan juga Nabi Isa.
c. Ruhaniyyat yaitu pembahasan tentang alam ghaib seperti
tentang malaikat, jin, iblis dsb.
d. Sam’iyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
bisa di ketahui dengan as-sama’(pendengaran berdasarkan dalil naqli yaitu al
qur’an dan hadis) seperti pembahasan tentang surga neraka dsb
Untuk mengajarkan tauhid Allah mengutus nabi dan
rasul untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada umat manusia mulai dari Nabi Adam
sampai Nabi Muhammad sesuai dengan firman-Nya QS an-nahl:36 dan al-ahzab:40.[1]
Ayat al qur’an yang membicarakan tauhid sebanyak 96 ayat.[2]
B. SYARIAH
Berasal dari kata syir’ah atau syari’ah
yang berarti jalan yang jelas. Dalam arti luas berarti seluruh ajaran islam
yang berupa norma-norma agama agar ditaati baik secara individu maupun
kolektif. Syariah dalam arti luas identik dengan ad-din yang berlaku umat-umat
nabi terdahulu. Allah berfirman:
Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan
apa telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:tegakkanlah agaama
dan janganlah kamu berpecah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang
yang di kehndaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) –Nya orang yang
kembali (kepada-Nya). (QS al-syura:13)
Dalam arti sempit syariah atau orang menyebut dengan
istilah fiqh yakni hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum syarak mengatur
tingkah laku manusia meliputi ibadah, muamalah, uqbah
Ibadah berfungsi sebagai manifestasi manusia bersyukur
kepada Allah dan berfungsi sebagai realisasi dan konsekuensi manusia atas
kepercayaan terhadap tuhan YME. Ayat yang membicarakan tentang syariah sebanyak
35 ayat.
Akkhlak dalam percakapan sehari-hari istilah akhlak
(Arab: akhlaq) sering disamakan begitu saja dengan istilah lain seperti
perangai, karakter, unggah-ungguh (Jawa), sopan santun, etika dan moral. Secara
etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab khulq berarti tabiah dan watak.
Secara terminologi Ibnu Miskawaih akhlaq suatu kondisi jiwa yang menyebabkan ia
bertindak tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan yang mendalam. Hal ini
disebabkan karena seseorang telah membiasakan perilaku tersebut.
Menurut Al Ghazali akhlak adalah sebuah kondisi mental
yang tertanam kuat dalam jiwa, yang dirinya lalu muncul perbuatan (perilaku)
dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dari dua definisi
tersebut, jelas bahwa akhlak sebenarnya berasal dari kondisi mental yang telah
tertanam kuat dalam jiwa seseorang, yang melahirkan perilaku baik. Disebabkan
ia telah membiasakannya, sehingga ketika akan melakukan perbuatan tersebut ia
tidak perlu lagi memikirkannya, seolah perbuatan tersebut telah menjadi geraak
reflek jika perbuatan yang dilakukkan itu baik, maka disebut dengan istilah
akhlakul karimah (akhlak yang mulia). Sebaliknya bila perbuatan yang muncul
dari seseorang itu buruk atau jahat, maka disebut dengan akhlakul madzmumah
(akhlak yang tercela). Pengertian akhlak dan moral sebenarnya secara
substansial tidak terlalu ada perbedaan. Sebab keduanya mengacu pada masalah
perbuatan baik dan buruk. Oleh karenanya, sebagian ahli menyebut bahwa akhlak
adalah konsep moral dalam islam. Jadi, objek formal dalam kajian akhlak adalah
tentang perilaku baik dan buruk.[3]
Ajaran-ajaran moral tersebut dalam islam banyak yang bersumber dari Al-qur’an
sebanyak 16 ayat dan hadis nabi[4].
Rasulullah S.A.W. telah memberikan petuah-petuah dan keteladanan sekaligus
kepada umatnya untuk berahlak mulia. Sebab itulah salah satu misi utamanya,
berdasarkan hadis shahih Nabi Muhammad diutus kedunia tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Diriwayatkan dari abu Hurairah, Nabi S.A.W. bersabda: “
sesungguhnya aku diutus kedunia untuk menyempurnakan akhlak manusia” (H.R.
Bukhari, Abu Dawud dan Hakim). Sebagian orang memang menyamakan begitu saja
antara istilah akhlak dan etika. Padahal berbeda jika akhlak sebagai konsep
moral dalam islam adalah ajaran-ajaran bagaimana seseorang bertindak dalam kehidupan
ini, agar menjadi orang baik.
Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Etika
berbicara tentang mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu atau
bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertangguangjawab berhadapan dengan
berbagai ajaran moral atau akhlak. Dengan kata lain, etika adalah filsafat
moralnya atau filsafat akhlak sedangkan akhlak adalah ajaran-ajaran moralnya,
tentang hal yang baik dan yang buruk. Pendek kata, etika lebih bersifat
teoritis filosofis sedangkan akhlak lebih bersifat prktis aplikatif.
Proses-proses pembentukan akhlak antara lain:
a) Melalui keteladanan (qudwah, uswah)
b) Melalui taklim (pengajaran)
c) Pembiasaan (ta’wid)
d) Pemberian motivasi (targhib)
e) Pemberian ancaman dan sanksi hukum (tarhib)
Ajaran akhlak pada prinsipnya merupakan ajaran yang
memberikan tuntunan kepada kita tentang bagaimana hidup kita ini menjadi lebih
baik dan bermakna.
Manfaat mengamalkan akhlak, baik bagi diri sendiri maupun
orang lain:
a) Melahirkan keluhuran moral berupa kesalehan ritual kepada
Allah dan kesalehan sosial terhadap sesama manusia.
b) Menjadikan hidup ini lebih baik.
c) Muraqabah dan makrifatullah
dalam pengertian bahwa seseorang akan merasa bahwa seluruh amal
perbuatannya berada dalam pengawasan Allah.
d) Mahabbah fillah (cinta kepada Allah). Dengan dasar cinta, maka
semangat ibadah akan menggelora, semangat berkorban untuk orang lainpun tak
pernah padam.
C. Sejarah (kisah-kisah Al-Qur’an)
Kisah-kisah Al-qur’an sering disebut dengan qashasul
Qur’an. Al-Qur’an lebih banyak berbicara tentang kisah ketimbang ayat-ayat yang
berbicara tentang hukum karena memberikan isyarat bahwa Al-Qur’an sangat
perhatian terhadap masalah kisah yang mengandung banyak ibrah (pelajaran).
Allah S.W.T. berfirman: “ sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang yang
beriman. (Q.S. Yusuf: 111).
Manna al-Khalil al-Qathan mendifinisikan kisah Al-Qur’an
adalah pemberitaaan Al-Qur’an tentang hal ikhwal umat-umat dulu dan para nabi,
serta peristiwa-peristiwa yang terjadi secara empiris. Dan sesungguhnya
Al-Qur’an banyak memuat peristiwa-peristiwa masa lalu, sejarah umat-umat
terdahulu, negara, perkampungan dan mengisahkan setiap kaum dengan cara shuratan
nathiqah artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri
yang menyaksikan peristiwa itu.
Adapun tujuan kisah Al-Qur’an untuk memberikan pengertian
tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah untuk
memperkokoh keimanan dan membimbing kearah perbuatan yang lebih baik dan benar.
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dikelompokan menjadi tiga:
a) Kisah para nabi, yang memuat dakwah mereka kepada
kaumnya, mukjizat-mukjizat sikap para penentang dsb.
b) Kisah-kisah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian umat
terdahulu dan tentang orang-orang yang tidak dapat dipastikan kennabiannya,
seperti kisah Thalut, Jalut, Ashabul Kahfi, Zulkarnain dsb.
c) Kisah-kisah yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di zaman Rasulullah seperti perang badar, Uhud dll.
Adapun unsur-unsur kisah dalam al-Qur’an:
a) Pelaku (al-syaksy). Dalam al-Qur’an para
aktor bukan hanya manusia tetapi juga malaikat, jin, hewan seperti, semut dan
burung hud-hud.
b) Peristiwa (al- haditsah). Unsur peristiwa ini
merupakan unsur pokok dalam suatu kisah, sebab tidak mungkin, suatu kisah tanpa
ada peristiwanya. Para ahli membaginya menjadi tiga yaitu: a) peristiwa yang
merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadha dan qadar Allah
dalam suatu kisah seperti kisah kaum dulu yang mendustakan rasul, mereka
meminta tanda bukti kebenaran lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka
tetap mendustakannya maka turunlah azab. b) peristiwa yang dianggap luar
biasa atau yang disebut mukjizat sebagai bukti kebenaran para rasul-Nya. c)
peristiwa biasa yang dilakukan oleh orana-orang yang dikenal sebagai tokoh yang
baik dan buruk, baik seorang rasul atau manusia biasa.
c) Percakapan(hiwar). Biasnya percakapan ini terdapat
pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa,
kisah Adam dsb. Isi percakapan dalam al-Qur’an umumnya soal agama,
tauhid,kemanusiaan para rasul dsb.Dalam hal ini al-Qur’an menempuh model
percakapan langsung. Jadi al-Qur’an menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.
Tujuan dan fungsi kisah-kisah dalam al-Qur’an:
a) Untuk menunjukkan bukti kerasulan Muhammad saw.sebab
beliau tidak pernah belejar umat terdahulu, tetapi beliau tahu tidak lain
berasal dari al-Qur’an.
b) Untuk dijadikan uswah hasanah dengan mencontoh
akhlak para nabi dan orang-orang saleh yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
c) Untuk mengokohkan hati Nabi Muhammad dan umatnya dalam
beragama islam dan menguatkan kepercayaan orang-orang mukmin tentang datangnya
pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan. (QS 11:120)
d) Mengungkapkan kebohongan ahli kitab yang telah
menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni.
e) Untuk menarik perhatian para pendengar dan menggugah
kesadaran diri mereka melalui penutura kisah.
f) Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah agama allah, yaitu
inti ajaran para rasul Allah adalah tauhid.[5]
Di dalam ayat al- Qur’an yaang membicarakan kisah- kisah
sebanyak 132 ayat.[6]
D. Iptek
Al-Qur’an juga mengandung informasi tentang masalah ilmu
pengetahuan, paling tidak ada isyarat ilmu pengetahuan, ada sekian kebenaran
ilmiah yang dipaparkan oleh Al-Qur’an , tetapi tujuan pemaparan ayat-ayat
tersebut untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan keesaan-Nya, serta mendorong
manusia untuk mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman
dan kepercayaan kepadaNya.
Mengenai hal ini, Mahmud Syaltut mengatakan dalam
tafsirnya: “Sesungguhnya Tuhan tidak menurunkan di al-Qur’an untuk menjadi satu
kitab yang menerangkan kepada manusia mengenai teori-teori ilmiah,
problem-problem seni serta aneka warna pengetahuan.
Sebagai contoh di dalam asbabun nuzul di terangkan pada
suatu hari datang seorang kepada Rasul yang bertanya:” Mengapa bulan kelihatan
kecil bagaikan benang, kemudian membesar sampai menjadi bulan purnama? Lalu
Rasulullah mengembalikan jawaban pertanyaan itu kepada Allah yang berfirman:
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah “Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji, dan bukanlah
kebajikan itu ialah kebajikanmemasuki rumah-rumahdari belakangnya. Akan tetapi
kebajikan ialah kebajikan itu ialah kebajikan bagi orang-orang yang bertakwa.
Dan masuklah ke rumah- rumah itu dari pintunya, dan bertakwalah kepada Allah
agar kamu beruntung.”(QS. Al-baqarah:189)
Jawaban al-Qur’an bukanlah jawaban ilmiah tetapi sesuai
dengan tujuan pokoknya. Tiada pertentangan antara al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan.Memahami hubungan al-Qur’an
Lebih lanjut, berkaitan dengan adanya informasi atau
isyarat-isyarat tentang iptek dalam al-Qur’an, perkembangan corak penafsiran
al-Qur’an rupanya juga dipengaruhi oleh perkembangan dunia ilmu pengetahuan.
Ini terbukti dengan adanya corak penafsiran ilmiah (scientific
exegesis) yang dilandasi oleh asumsi bahwa al-Qur’an mengandung berbagai
informasi baik tentang agama maupun ilmu pengetahuan. Al-Qur’an merupakan kitab
yang tak untuk orang-orang pada abad ke-7M tetapi untuk masyarakat modern
bahkan untuk masyarakat yang akan datang, ini menunjukkan adanya perkembangan
ilmu pengetahuan.
Hal ini kemudian mendorong sarjana muslim (baca mufassir)
untuk menggeluti ilmu pengetahuan, juga melakukan kajian ayat-ayat kauniyah.
Mereka yang berbasis ilmu-ilmu kealaman (al-ulum al thabaiyyat) dan juga
sains modern rupanya ingin membuktikan kemukjizatan al-Qur’an ditinjau
dari sains modern.(baca: al i’jaz al-‘ilmi).
Menurut sejarah penafsiran al-Qur’an bercorak ilmiah dimulai sejak dinasti
abbasiyah, ketika dunia islam berada di masa keemasan dimana islam memimpin
peradaban dunia. Salah satu faktor nya karena ingin berinteraksi dengan dunia
luar sebagai akibat dari gerakan penterjamahan dunia luar.
Menurut George Sarton sebagaimana dikutip AJ Arberry pernah menulis bahwa sejak
paruh abad ke-8 hingga akhir abad ke-11 M. Bahasa arab merupakan bahasa ilmiah,
satu-satunya bahasa ilmiah, satu-satunya bahasa progresif yang dimiliki umat
manusia, banyak tokoh-tokoh islam yang tidak ada tandingannya di barat seperti:
Al-Kindi,Al-Razi dll. Abad kejayaan sains dalam dunia islam terjadi sekitar
tahun 750-1100 M.
Ketika itu, dunia islam telah memberikan kontribusi yang luar biasa kepada
sains termasuk matematika dan kedokteran. Kita masih ingat ketika Nil Amstrong
berhasi naik ke bulan sebagian sarjana mslim dengan penuh semangat mengutip
ayat 33 surat al-Rahman yang artinya “Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”
Di dalam al-Qur’an banyak ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya seperti:
antropologi,biologi,astronomi,kedokteran,matematika dll.
Filsafat
Menurut Bertrand Russel, fisafat merupakan jenis pengetahuan yang memberikan
kesatuan dan sistem ilmu pengetahuan melalui pengujian kritis terhadap
dasar-dasar keputusan, prasangka-prasangka dan kepercayaan. Hal ini, karena pemikiran
filsafat karena bersifat radikal (mengakar) yang mencoba memberikan jawaban
menyeluruh dari A sampai Z,mencari yang sedalam-dalamnya sehingga dimensi fisik
dan teknik.
Sebagaimana ditulis Muhammad
Yusuf Musa, karakter dasar al-Qur’an itu adalah mengajak manusia berfilsafat.
Seandainya alQur’an itu hanya berbicara tentang tasyri’ dan akhlak, niscaya ia
tidak akan melahirkan pergolakan pemikiran filosofis. Bukti bahwa
al-Qur’an mengajak berfilsafat antara lain mengajak berdebat dengan
masyarakat Arab yang ketika itu sudah memliki tradisi,pemikiran dan budaya. Dan
al-Qur’an menunjukkan kesalahan-kesalahan apa yang selama ini mereka yakini,
terutama tentang konsep ketuhanan mereka.
Nabi Muhammad adalah seorang
filsof karena sangat cerdas dan telah mampu berpikir radikal (mendasar) karena
filsafat mengajarkan berpikir mendasar. Nabi Muhammad menyembah berhala bukan
menyembah Allah ini bukti nyata bahwa beliau telah berpikir filosofis.
Setelah nabi melakukan
perenungan dan mulai berdakwah beliau ternyata berhasil merubah sistem
pemikiran ketuhanan masyarakat yang tadinya syirik menjadi menyembah Allah
berhenti karna nabi seorang yang cerdas.Namun sayang, sebagian orang menganggap
bahwa apa saja yang di ucapkan nabi adalah wahyu Tuhan dengan argumen yang
artinya:” Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,
(QS.an-Najm 3-5).
Ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang filsafat yang artinya:”
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:”Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?”tentu mereka akan menjawab:”Allah”. Katakanlah:”Segala puji
bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman:25).
QS Az-Zumar:33 , QS
Taghabun:3, QS at- Thalaq:12 juga berbicara tentang filsafat. [7]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Aqidah adalah inti dari kandungan al-Qur’an karena
berbicara tentang keesaan Tuhan yang mencakup Illahiyyat,Nubuwwat,Ruhaniyyat,Sam,iyyat.
Syari’ah yaitu seluruh ajaran Islam yang berupa
norma-norama agama agar ditaati, berkaitan dengan tingkah laku individu maupun
kolektif.
Akhlak menurut al-Ghazali adalah sebuah kondisi mental
yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang yang darinya lalu muncul perbuatan
dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran.
Sejarah dalam al-Qur’an agar menjadi ibrah bagi umat
sekarang dari kisah-kisah umat terdahulu.
Dalam al-Qur’an selain mangandung ilmu agama juga
mengandung ilmu pengetahuan dan juga mengajarkan filsafat karena mengajak
untuk berfilsafat. Seandainya al-Qur’an hanya berbicara tentang tasyri’ dan
akhlak, niscaya tidak akan melahirkan pemikiran filosofis.
DAFTAR PUSTAKA
Munawir, Fajrul,Drs,M.Si,dkk.Al-Qur’an.Yogyakarta:pogja
UIN Sunan Kalijaga.2005.
Thaltas.T.H. Fokus Isi dan Makna Al-Qur’an.Jakarta:Galura
Pase.2008.
Zuhdi,Masjfuk,Prof,Drs,H.Pengantar Ulumul Qur’an.Surabaya:Karya
Abditama.1997.
Labels:
MATERI AGAMA
Thanks for reading Pokok-pokok Kandungan Al-Qur'an. Please share...!
0 Comment for "Pokok-pokok Kandungan Al-Qur'an"