Berperilaku Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar Sebagai Tauladan yang Baik Bagi
Manusia
Q.S. Ali ‘Imran Ayat 110
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah Al-Qur’an
dan Pembelajarannya
Dosen Pengampu: Drs. Mujahid, M. Ag
Disusunoleh:
MUKHAMAT
MUNSHORIF (10411062)
KELAS PAI-2(B)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Allah yang
menjadi khalifah di bumi, yaitu makhluk yang oleh Allah untuk memelihara bumi
dengan segala potensi yang dimilikinya agar terbentuknya situasi dan kondisi
lingkungan yang diinginkan. Oleh karena itu masing-masing manusia agar bisa
menjadi yang terbaik dalam segala perbuatan yaitu melakukan perbuatan yang baik
dan meningalkan perbuatan yang buruk atau sering disebut amar ma’ruf dan nahi
mungkar, hal tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada
dalam kehidupan bermasyarakat dengan kata lain orang yang mempunyai sikap
tersebut adalah dapat dikatakan sebagai “seorang pemimpin”. Dalam hal ini
seorang pemimpin yang baik memiliki dua sifat yaitu mengajak kebaikan serta
mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu
telah dimiliki oleh kaum muslimin di masa Nabi dan telah menjadi darah daging
dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya.
Allah
telah memberikan keistimewaan pada umat Islam bila umat Islam melakukan amar
ma’ruf dan nahi mungkar dan Allah juga memuji umat Islam bahwa umat Islam
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan di Dunia. lalu Allah memperingatkan
mereka jangan sampai seperti orang-orang ahlul kitab yang selau menantang dan
berbuat maksiat. Sekaligus, Allah mengancam mereka bila berbuat begitu dengan
siksaan yang pedih.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bunyidan Terjemahan Ayat
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ
الْفَاسِقُونَ
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.”(QS.
3:110)[1]
B.
Tafsir Mufradat
a. كُنْتُمْ :
Mempunyai
arti “Kalian dijadikan dan diciptakan.”[2] bias mengandung arti itu ada pada kamu
semua, bentuknya adalah jamak mudzakar salim. Kedudukan “kalian” disini adalah
menunjukkan kepada umat Allah yang mempunyai akhlak baik.
b. خَيْرَ أُمَّةٍ خَيْرًا
:Yang artinya “lebih baik”
Mempunyai
arti lebih baik-baiknya umat. Di sini oleh Allah yang dimaksud sebagai umat
yang baik adalah umat yang bisa menjalankan perbuatan baik(ma’ruf) dan menjahui
perbuatan yang mungkar dan beriman kepada Allah. Umat disini tidak terbatas
hanya kepada umat Nabi Muhammad saw tetapi seluruh umat manusia.
c. أُخْرِجَتْ Di dalam kitab tafsir Qur’an Al-Maraghi “Ukhrijat” mempunyai
arti “umat yang ditampakkan, sehingga membeda
dan diketahui”. [3] Berasal
dari
bentukan kata;
: خَرَجَ Berbentuk Fi’il madhi yang mempunyai arti telah keluar,
:
يَْخرُجَ Berbentuk fi’il mudhori’ yang mempunyai arti keluar,
أُخُْرْج
: Berbentuk fi’il Amr yang mempunyai arti keluarlah.
d. لِلنَّاسِ
: pada manusia, di sini manusia adalah yang paling baik yaitu
sebaik-baiknya umat.
e. تَأْمُرُونَ
.yang menyuruh pada kamu semua : kepada perbuatan yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan
yang mungkar.
f. بِالْمَعْرُوفِ : Dengan kebaikan.
مَعْرُوف : baik, (Isim mufrod). Baik yaitu perbuatan dan akhlaknya.
g. : وَتَنْهَوْنَdan mencegah kamu semua.
تَنْهَوْنَ
: mencegah (fi’il mudhori’)
h. عَنِ
الْمُنْكَرِ : dari perbuatan kemungkaran.
مُنْكَر: Buruk (Isim mufrod). Buruk yaitu perbuatan atau akhlaknya.
i. وَتُؤْمِنُونَ
: dan hendaklah kamu semua beriman.
Berbentuk (fi’il mudhori’).
j. بِاللَّهِ
: kepada Allah.
k. وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ
الْكِتَابِ : dan sekiranya para ahli kitab,
ahli kitab disini
sebagai
pelaku (fa’il). Ahli kitab disini dimaknai orang-orang non muslim,
Seperti
yahudi dan nasrani. Yang perilaku mereka selalu menentang dan
berbuat
maksiat. Sekaligus Allah mengancam mereka bila berbuat begitu
dengan siksaan yang pedih.
l. لَكَانَ
: pasti ada, (kemasukan ahlul kitab)
bentuknya fi’il madhi.
كَنَ
يَكُونُ كُن
m. خَيْرًا
: itu lebih baik.
n. لَهُمْ
: kepada mereka (ahli kitab).
o. مِنْهُمُ
: itu sebagian dari mereka (ahli
kitab).
p. الْمُؤْمِنُونَ
: orang yang beriman.
q. وَأَكْثَرُهُمُ
: dan kebanyakan mereka.
r. الْفَاسِقُونَ
: adalah orang-orang fasik.
C.
Uraian isi Kandungan Ayat
Ayat
ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin supaya tetap memelihara
sifat-sifat utama itu dan supaya mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.
Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat,
yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman
kepada Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum muslimin di masa nabi
dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat
dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah
Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah
panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah belah
selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka.
Ini adalah berkat keteguhan iman. dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama
dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan mencegah
kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad
dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana tersebut dalam
firman Allah: Yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul Nya. kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah, mereka itulah orang-orang yang benar". (Q.S Al Hujurat: 15)
Jadi ada dua syarat untuk menjadi sebaik-baik umat di dunia, sebagaimana
diterangkan dalam ayat ini, pertama iman yang kuat dan; kedua menegakkan amar
makruf dan mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini
pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak
diperdulikan lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah
kemelaratan. Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Ahli Kitab itu jika beriman
tentulah itu lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali di antara mereka
yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik tidak mau beriman. mereka percaya kepada
sebagian kitab dan kafir kepada sebagiannya yang lain, atau mereka percaya
kepada sebagian Rasul seperti Musa dan Isa dan kafir kepada Nabi Muhammad saw.
Allah
memberitahukan kepada umat Nabi Muhammad Saw. Bahwa mereka adalah sebaik-baik
umat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ
Hadis
Nabi yang terdapat dalam kitab tafsir ibnu kasir bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: “Kalian adalah umat yang ketujuh puluh, kalianlah yang paling baik
dan paling mulia menurut Allah Swt.” Hadis ini cukup terkenal (masyhur),
Imam Turmuzi menilainya berpredikat hasan. Telah diriwayatkan hadis yang
semisal melalui Mu'az ibnu Jabal dan Abu Sa'id. Sesungguhnya umat ini menduduki
peringkat teratas dalam semua kebajikan tiada lain berkat Nabi mereka, yaitu
Nabi Muhammad Saw. Karena sesungguhnya beliau adalah makhluk Allah yang paling
mulia dan rasul yang paling dimuliakan di sisi Allah. Allah telah mengutusnya
dengan membawa syariat yang sempurna lagi agung yang belum pernah diberikan
kepada seorang nabi dan seorang rasul pun sebelumnya.[4]
Melakukan
suatu amal perbuatan sesuai dengan tuntunannya dan jalan yang telah dirintisnya
sama kedudukannya dengan banyak amal kebaikan yang dilakukan oleh selain mereka
dari kalangan umat terdahulu. Umat sekarang adalah yang paling baik di alam wujud pada
masa sekarang. Karena orang yang melakukan mar ma’ruf dan nahi mungkar, dan
yang beriman secara benar. Sifat ini yang terdapat pada masa permulaan. Mereka
adalah Nabi Muhammad saw. Dan para sahabat yang bersama beliau sewaktu
Al-Qur’an di turunkan, yang sebelumnya mereka saling bermusuhan. Bahwa amar
ma’ruf nahi mungkar adalah penyebab keutamaan. Dalam hal ini "Amr
ma'ruf" mencakup segala macam kebajikan, adat istiadat, dan budaya yang
sejalan dengan nilai-nilai agama, sedang nahi 'an al-munkar adalah lawan dari
amr ma'ruf.[5]
Sifat-sifat
ini, meski umat lainnya mempunyai sifat yang serupa, tetapi segi-seginya tidak
seperti yang dimiliki umat ini. Amar ma’ruf dalam umat islam segi-seginya
ditetapkan dalam perintah yang paling kuat, yaitu berperang bila
situasinya menghendaki demikian, bahkan juga bias dilakukan dengan hati dan
lisan. tetapi yang paling kuat adalah dengan jalan perang, karena dalam hal ini
berarti mempertaruhkan nyawa.[6]
Perkara
ma’ruf yang paling agung adalah agama yang haq, iman, tauhid, dan kenabian dan
kemungkaran yang paling di ingkari adalah kafir terhadap Allah. Dalam kewajiban
berjihad adalah menyampaikan manfaat yang paling besar dan membebaskan
keburukan yang paling besar. Adapun yang berjihad seperti Bani Israil-
kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh dari negerinya. Sebagaimana orang
yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru kepada petunjuk dan
kebaikan, tidak pula untuk amar ma’ruf nahi munkar.
Disini,
amar ma’ruf dan nahi mungkar penyebutannya didahulukan disbanding iman kepada
Allah. Padahal, iman itu selalu berada di depan dari berbagai jenis ketaatan.
Hal ini lantaran amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan pintu keimanan dan yang
memeliharanya. Jadi didahulukan kedua hal tersebut dalam penuturan adalah
sesuai dengan kebiasaan yang terjadi di kalangan umat manusia, yaitu menjadikan
pintu berada di depan segala sesuatu.[7]
وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ
خَيْرًا
لَهُمْ
Seandainya
para ahli kitab benar-benar beriman yang dapat menjadi sumber dari keutamaan
dan akhlak yang baik seperti orang mukminin, namun mereka tidak membuahkan
keimanan yang benar di cintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Sehingga mereka adalah
orang-orang yang fasik yang keluar dari hakekat ajaran agamanya an hal ini yang
menjadikan suatu kebiasaan yang buruk yang mengambarkan kebiasaan lahiriahnya saja.
D.
Kesimpulan
Dari
pemaparan bab sebelumnya maka dapat disimpulkan tentang surat Ali-Imran
ayat 110 dari ayat tersebut bahwa perbuatan amar ma’rufa dan nahi mungkar
adalah suatu perilaku yang paling utama dan penting dalam semua kehidupan umat
manusia secar umum karena hal ini menjadikan pintu berada di depan segala
sesuatu. Mengingat bahwa kebaikan merupakan tujuan bagi semua manusia karena
dengan kebaikan itu berujung kepada kebahagian, sedangkan kemungkaran merupakan
dasar dari penderitaan dan kesengsaraan, maka Allah Yang Maha Pencipta dan Maha
Pengatur telah memberikan akal pikiran dan potensi bagi manusia untuk memilih
satu diantara keduanya dengan menggunakan hukum syari'at dalam agamanya.
Umat
muslim pada zaman ini mendapatkan perintah untuk berbuat baik dan menjauhi
perbuatan buruk. agar terciptanya kebaikan dan dijauhinya kemunkaran tersebut,
lahirlah perintah untuk melakukan anjuran untuk berbuat baik dan meninggalkan
kemunkaran yang dikenal sebagai amar ma'ruf nahi munkar. Dengan adanya peran
amar ma’ruf nahi munkar yang dialamatkan kepada setiap individu maupun kepada
masyarakat secara luas, maka keburukan, kerusakan dan kemudharatan tersebut
dapat ditiadakan atau diminimalisir serta sebaliknya kebaikan dan kemaslahatan
akan dapat diciptakan. Sehingga peran amar ma’ruf nahi munkar ini sangatlah
besar dirasakan manfaatnya bagi seluruh hamba Allah Yang Maha Pemurah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Mushthafa. 1986. Tafsit Al-Maraghi Juz 4. Semarang: CV. Toha
Putra.
Ibnu
Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Iman Abdul Fida Isma’il, 2000. Tafsir
Ibnu Kasir. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Quraish
Shihab, M. Dr., M.A. 1996. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Soenarjo
S.H,R. H. A., Prof. 1988. Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: PT.
Serajaya Santra.
[1] Prof. R.
H. A. Soenarjo S.H, Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Serajaya
Santra, 1988), hal. 94
[4] Al-Iman
Abdul Fida Isma’il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2000), hal.65
[5] Dr. M. Quraish Shihab, M.A, Wawasan Al-Quran Tafsir
Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 422
Labels:
MATERI AGAMA
Thanks for reading Q.S. Ali ‘Imran Ayat 110. Please share...!
0 Comment for "Q.S. Ali ‘Imran Ayat 110"