PENGANTAR
Masa remaja pada umumnya merupakan masa yang sering dipndang oleh masyarakat umum adalah masa-masa yang sangat
brutal, emosional, agresif, religius, pencarian identitas, dan serta masih
banyak lain yang terjadai pada masa tersebut. Namun anggapan tersebut terkadang
tidak semuanya tepat, hal tersebut terbukti bahwa pada masa remaja seringkali
banyak anak-anak remaja yang terlihat berpenampilan atau berprilaku negatif,
terbukti sifat negatif itu pernah saya alami semenjak saya duduk di kelas dua
sekolah menengah pertama (SMP).
Tidak dapat dipungkiri terkadang suatu teori yang menyatakan bahwa masa remaja
merupakan masa yang religius, hal tersebut tidak sejalan dengan masa
perkembangan ramaja pada masa sekarang ini dan hal ini masih di dukung oleh
kejadian-kejadian atau relaita yang sering terjadi pada lingkungan masyarakat.
Yang sangat terlihat dengan jelas perilaku anak remaja pada masa sekarang ini
yang sangat brutal atau terkadang ada juga yang terlibat dalam kasus kriminal.
Kejadian-kejadian seperti hal tersebut sudah saya alami selama kurang lebih dua
tahun dan pada masa-masa tersebut perasaan yang terdapat di benak saya hanya
sifat berfoya-foya, sering melanggar aturan dan rasa agamapun tidak
terpikirkan didalam hati saya. Pada masa tersebut perilaku yang saya
alami masih merasakan sifat-sifat yang sangat berkeinginan untuk melakukan
perbuatan yang dilanggar oleh aturan atau norma dan pernah perbuatan tersebut
sampai-sampai membuat kaluarga dan teman saya merasa sangat tersinggung sehingga
pernah ada teman perempuan saya yang memarahi saya sampai habis-habisan, pada
saat itulah saya di marahi dan dicacimaki oleh orang-orang sekitar saya
sehingga jika melihat saya sampai-sampai ada yang jijik dengan perilaku saya
dan secara tiba-tiba kejadian yang sangat besar terjadi dilubuk hati saya yang
paling dalam saya merasa salah dengan perilaku yang saya lakukan selama ini,
kemudian muncullah sifat religius atau rasa agama dan kejadian tersebut sering
disebut dalam ilmu psikologi agama adalah teori konversi agama(religious
conversion) yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa perpindahan rasa agama
secara cepat atau tiba-tiba, yang dulunya berperilaku buruk dan secara cepat
berubah perilaku agamis. Atau pengertian yang lain yaitu yang terdapat dalam buku
psikologi agama karangan Prof. Dr. H. Jalaludin menyebutkan bahwa (religious
conversion) secara umum dapat diartikan dengan berubah agama ataupun masuk
agama. Dalam kasus ini dengan jelas bertipe Self-Surrender (perubahan drastis),
konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang
tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap
suatu agama yang dianutnya.
Dengan selesainya tugas penelitian ini yang kurang lebih saya kerjaka selama satu
minggu dengan meneliti saya sendiri yaitu yang saya beri judul refleksi rasa
agama pada usia remaja. Disini saya mengucapkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kesehatan saya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancer tanpa halangan dan juga tidak lupa
kepada ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya tanpa henti dan juga
kepada ibu bapak saya yang selalu mendukung saya dalam perkuliahn saya dan
tidak luput juga saudara, teman-teman saya yang sering memberi motivasi kepada
saya, semuanya saya ucapkan terimakasih.
Dengan berpegangan bahwa segala
kesempurnaan hanya milik Allah swt, maka dengan kerendahan hati dari segala
pandangan kritik dan saran sangat saya nantika demi kesempurnaan makalah ini,
saya ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 3 Januari 2012
Penyusun
A. Landasan Teori
Pengertian Konversi Agama
Konversi agama (religious conversion)
secara umum dapat diartikan
dengan berubah agama ataupun masuk agama.[1] Menurut Thouless (1992), konversi
agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus
kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara
berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
dengan berubah agama ataupun masuk agama.[1] Menurut Thouless (1992), konversi
agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus
kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara
berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
Pengertian konversi agama menurut
etimologi konversi berasal dari kata
latin “conversio” yang berarti tobat pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata
tersebut dipakai dalam kata Inggris “conversion” yang mengandung pengertian:
berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from
one state, or from one religion, to another).[2] Berdasarkan arti kata-kata tersebut
dapat di simpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat,
berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau
masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
latin “conversio” yang berarti tobat pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata
tersebut dipakai dalam kata Inggris “conversion” yang mengandung pengertian:
berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from
one state, or from one religion, to another).[2] Berdasarkan arti kata-kata tersebut
dapat di simpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat,
berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau
masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
Ada beberapa pendapat tentang
pengertian konversi agama antara lain:[3]
a. Max
Heirich (dalam buku Psikologi Agama karangan Prof. Dr. H. Jalaludin, 2008)
mengatakan bahwa konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan
atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
b. William
James (dalam buku Psikologi Agama karangan Prof. Dr. H. Jalaludin, 2008)
mengatakan konversi agama adalah dengan kata kata:
“to be converted, to be regenerated, to
recive grace, to experience religion,
to gain an assurance, are so many phrases which denote to the process,
gradual or sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong
inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and
happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities”.
“berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman
beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses
baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang di lakukan secara sadar dan
terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan
kenyataan beragama”.
to gain an assurance, are so many phrases which denote to the process,
gradual or sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong
inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and
happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities”.
“berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman
beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses
baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang di lakukan secara sadar dan
terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan
kenyataan beragama”.
c. Clark
(dalam Daradjat, 1979), memberikan definisi konversi sebagai
berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan
spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap
terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi
agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat
hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat
mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara
berangsur-angsur.[4]
berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan
spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap
terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi
agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat
hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat
mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara
berangsur-angsur.[4]
B. Pembahasan
1. Timbulnya
Permasalahan
Pada mula-mulanya permasalahan dapat
timbul dikarenakan terdapat beberapa pengaruh atau faktor yang menimbulkannya,
diantaranya:
a. Faktor
intern (dari dalam)
Di sini faktor dari dalam merupakan
pengaruh yang sangat banyak dalam pembentukan suatu permasalahan, yang paling
sering terjadi misalnya dalam hal ini adalah kondisi psikis atau jiwa. Saya
sendiri pernh mengalami hal tersebut pada masa remaja, yang didalam jiwa saya
adalah rasa ingin selalu terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
melanggar atau keluar dari aturan dan parahnya saya tidak merasakan bersalah
atas perbuatan yang saya lakukan. hati saya menginginkan agar nafsu saya yang
mengendalikannya agar semua keinginan saya tercapai. Contoh perbuatan negatif
yang saya lakukan semenjak saya masih remaja kira-kira berumur 15 tahun
misalnya perbuatan seperti tidak melakukan shalat wajib lima waktu, mencuri,
sering keluar rumah tanpa seijin orang tua, berbohong, suka menjahili teman
sekelas dan masih banyak yang lain. Perilaku-perilaku seperti tersebut sudah
sering saya lakukan sejak saya awal remaja.
b. Faktor
ekstern (dari luar)
Faktor ini juga sangat berpengaruh
sangat banyak dalam proses pembentukan permasalahan. Tidak tanggung-tanggung
perilaku buruk yang saya lakukan kebanyakan dipengaruhi oleh faktor dari luar
lingkungan, misalnya saja lingkungan sekolah, sebenarnya didalam lingkungan
sekolahan sudah diterapkan suatu standar peraturan-peraturan yang diberlakukan,
namun saya dalam hal ini karena terpengaruh dengan teman-teman sekelas saya
yang kebetulan teman saya rata-rata mempunyai perilaku yang buruk sehingga
sayapun ikut terjerumus dalam perbuatan yang terlarang. Pengaruh
teman-teman sekolah yang banyak mendominasi dari pada faktor yang lain,
seperti faktor dari keluarga dan masyarakat. kebanyakan faktor teman sekelas
sejak saya duduk dikelas dua SMP yang angat berpengaruh dalam perilaku yang
negatif saya.
2. Masa-Masa
Terjadinya Permasalahan
a. Rasa
nafsu
Nafsu merupakan bawaan manusia yang
diberikan oleh Tuhan dan lawannya nafsu yaitu akal. Namun keduanya nafsu dan
akal terkadang dalam tubuh manusia yang sering bertindak atau mendominasi
adalah nafsu itu sendiri, sehingga akibat dari yang mengontrol tubuh kita
adalah nafsu maka perilaku kita akan selalu berbuat negatif. Saya sendiri dalam
hal ini sejak usia remaja kelas satu SMP nafsu sudah mulai menguasai didalam
tubuh saya dan ketika menganjak kelas dua SMP mulailah nafsu yang mendominasi
pemikiran saya, sehingga akalpun membeku untuk berfikir. Dampaknya dari
perbuatan yang dikontrol oleh nafsu adalah pasti berkeinginan untuk menuruti
nafsu birahinya itu sendiri agar tercapai keingingnnya yang kotor. Contohnya
dalam hal ini sudah banyak saya sebutkan di atas dan saya akan menyebutkan satu
masalah saya sendiri yang sangat menonjol yaitu perilaku yang suka menjahili
teman sekelas baik laki-laki maupun perempuan. Kurang lebih perbuatan itu saya
lakukan selama kurang lebih 1,5 tahun yaitu sejak saya kelas dua sampai awal
kelas tiga SMP. Saya sendiri dalam melakukan perbuatan tersebut tidak merasa
rugi parahnya lagi membuat saya ketagihan dan terkadang teman-teman sekelas
saya jika melihat saya menjadi jijik dan takut dengan perilaku saya. Contoh
yang kongkret dalam hal ini misalnya, ketika seorang siswa sedang
berkonsentrasi menulis tiba-tiba bukunya saya tarik, pernah saya merobek baju
teman saya sampai robeknya itu lebar, dan pernah ketika sekolah mengadakan lomba
memasak saya pernah mencuri atau merusak hasil dari masakannya. Maka perbuatan
seperti tersebut yang menjadikan saya di benci, dijauhi, diolok-olok oleh
sebagian teman-teman saya.
b. Perilaku
melanggar agama
Agama merupakan suatu kepercayaan yang
dianut oleh setiap orang dalam mempercayai Tuhannya dan dalam agama itu sendiri
terdapat berbagi macam peraturan-peraturan yang harus dipatuhi. Rata-rata semua
agama mengajarkan perilaku atau perbuatan yang baik, namun terkadang manusianya
itu sendiri yang membuat keburukan. Dalam hal ini saya sendiri salah satu yang
selalu melanggar peraturan-peraturan agama dihitung sejak saya kira-kira akhir
masa anak-anak sampai pertengahan masa remaja, namun yang menonjol yaitu sejak
saya duduk dikelas dua SMP.
Perbuatan-perbuatan melanggar agama
yang sering saya lakukan, seperti tidak shalat lima waktu, pernah pada bulan
ramadhan semua keluarga saya puasa, dan saya mengakunya puasa tetapi saya
diam-diam makan ditempat yang sepi. Dan perbuatan seperti mencuri buah-buahan yang
parahnya lagi pada bulan suci ramadhan, hal yang cukup sering saya lakukan
adalah berbohong, tidak jujur, irihati, dengki, memfitnah dan masih banyak
permasalahan yang lain. Dalam perilaku saya yang melanggar agama di benak saya
tidak ada namanya rasa yang rugi, bersalah dan takut kepada Tuhan.
c. Perilaku
sosial
Dalam kehidupa masyarakat suatu
kesatuan sosial merupakan aspek yang harus dilaksanakan karena menunjukkan kita
sebagai makhluk sosial yang tanpa manusia lain kita tidak dapat hidup secara
manusiawi.
Rasa sosial yang terdapat didalam diri
saya sejak masa remaja sebenarnya cukup besar namun lagi-lagi diri saya
dipengaruhi oleh nafsu sehingga akibatnyapun dipandang oleh masyarakat tidak
etis, misalnya saya pernah berkerja bakti tetapi di malam hari sehingga membuat
bising tetangga sekitar dan tidak kondisional. Pernah dengan saudara saya
sendiri ketika itu saya mempunyai makanan banyak dan saudara saya meminta
sayapun tidak memberinya namun jika mereka yang mempunyai makanan giliran saya memintanya
dan harus dapat sampai-sampai keluarga saya mengatakan saya anak yang pelit.
d. Pola
hidup yang tidak teratur
Kedisiplinan merupakan aspek yang
terpenting dalam kehidupan seseorang dan orang yang dianggap disiplia yaitu
dapat dilihat dari kegiatannya, perilakunya dan hasilnya dalam kehidupan
kesehariannya.
Kedisiplinan yang ada dalam diri saya
sejak masa pertengahan remaja adalah dipandang sangat tidak disiplin atau bias
dianggap tidak mempunyai kedisiplinan sedikitpun, misalnyapun dalam membagi
waktu, saya sering tidur larut malam bangunnyapun kesiangan sehingga terlambat
kesekolahan dan kebiasaan tersebut sering saya lakukan berulang-ulang, juga
tidak ada waktu untuk ibadah dan belajar adanya yang terpikirkan bermain
terus-terusan sampai capek.
e. Dampak
buruk dari perilaku negatif
Dampak yang timbul dari semua
perbuatan buruk diatas sangatlah banyak diantaranya yang sanagat membekas
sampai sekarang adalah tidak berhasilnya dalam pencapaian suatu ilmu secara
normal yang saya sendiri merasakan bahwa saya tertinggal dari teman-tman dalam
pencapaian ilmu dan masalah yang juga besar adalah dampak dari kedisiplinan
yang kadang-kadang masih terbawa.
Dampak dari ketraumaan teman-teman saya
yang melihat perilaku saya sejak masa remaja yang cukup brutal sehingga
menganggap perilaku saya masih buruk dihadapan mata mereka sampai detik ini
sehingga jika saya berpapasan di jalan dengan teman SMP saya, maka mereka
menganggap masih saya yang dulu. Dan hal ini sampai sekarang yang terpikirkan
oleh saya.
Pada umumnya seseorang yang mempunyai
sifat normal dalam perkembangannya pasti akan mengalami perubahan-perubahan
yang lebih maju dan jika seseorang tersebut ingin merubah tujuannya yang lebih
layak dan pantas di pandang oleh masyarakat umum maka orang tersebut akan
melakukan perubahan demi harga dirinya.
Dalam fase penyadaran diri, saya
sendiri telah melampoi beberapa tahap yang cukup menegangkan diantaranya;
a. Bersalah
atau merugi atas perbuatan yang saya lakukan
Setelah merasa perbuatan diri saya
selama ini salah, maka yang membuat saya berfikir dua kali dalam melakukan
sesuatu tindakan dan perilaku, sehingga mengakibatkan diri saya merasakan
bersalah yang sangat besar dan seperti rasanya saya ditimpa sebuah kesalahan
yang mengutuk diri saya sehingga setiap saya menginggat semua perbuatan buruk
saya pasti penyesalan yang terpikirkan.
b. Perpindahan
dari perilaku buruk menuju yang lebih baik
Setelah penyadaran diri saya dalam
melakukan tindakan maka selanjutnya perpindahan perilaku dari yang buruk untuk
menuju yang lebih baik. Dalam hal ini saya sangat betul-betul merasakan
perpindahan perilaku tersebut yang sangat cepat dan drastis. “Kejadian ini ketika
saya pulang berjama’ah shalat isya’ dari mushola kebetulan pada bulan syuro,
setelah tiba dirumah saya anehnya dalam benak saya sesuatu yang sangat
mengagumkan dan bisa dibilang sebuah ilham dari Tuhan yaitu sesuatu pemikiran
atau perilaku dalam bertindak dalam diri saya yang menyuruh agar saya untuk
selalu berbuat yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang ada”. Semenjak
kejadian malam syuro itu saya merasa bahwa selama bertindak dan melakukan
sesuatu perbuatan didalam diri saya merasakan bahwa ada yang memantau atau yang
mengawasi dalam setiap bertindak.
Hal-hal di atas merupakan sebuah teori
dalam ilmu Psikologi Agama yang disebut konversi agama yang bertipe
Self-Surrender (perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah konversi
yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu
tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Pada
konversi agama tipe kedua ini James mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang
Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan
sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan
penyerahan jiwa sepenuhnya. Jadi ada semacam petunjuk (hidayah) dari Tuhan.
Ciri-ciri seseorang melakukan konversi agama, didalam buku Psikologi Agama yang
dikarang oleh jalaludin,[5]
diantaranya sebagai berikut:
1) Adanya
perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
2) Perubahan
yang terjadi di pengaruhi kondisi kejiwaan sehinggamperubahan dapat terjadi
secara berperoses atau secara mendadak.
3) Perubahan
tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke
agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang di
anutnya sendiri.
4) Selain
faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor
petunjuk dari yang maha kuasa.
Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Konversi Agama diantaranya (dalam buku Psikologi Agama karangan Prof. Dr. H.
Jalaludin);[6]
William James mengungkapkan bahwa
faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya konversi agama antara lain :
1) Konversi
agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan
seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide
yang bersemi secara mantap.
2) Konversi
agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa
suatu proses).
Konversi agama dapat terjadi oleh 2
faktor intern dan faktor ekstern yaitu;[7]
Faktor Intern
1) Kepribadian
W. James menemukan bahwa, tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
W. James menemukan bahwa, tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
2) Pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecendrungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama, ini dapat dilihat urutan kelahiran. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stres jiwa. Kondisi tersebut juga bisa mempengaruhi terjadinya konversi agama.
Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecendrungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama, ini dapat dilihat urutan kelahiran. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stres jiwa. Kondisi tersebut juga bisa mempengaruhi terjadinya konversi agama.
Faktor Ekstern
1) Keluarga
Terjadinya ketidakserasian, keretakan keluarga, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, tidak harmonisnya keluarga serta kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat kondisi tersebut bisa saja menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga terjadi konversi agama dalam usahanya untuk mencari hal-hal baru dalam rangka meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
Terjadinya ketidakserasian, keretakan keluarga, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, tidak harmonisnya keluarga serta kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat kondisi tersebut bisa saja menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga terjadi konversi agama dalam usahanya untuk mencari hal-hal baru dalam rangka meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
2) Lingkungan
Seseorang yang tinggal di suatu tempat dan merasa tersingkir dari kehidupan di suatu tempat dan merasa hidup sebatang kara. Pada saat ini dia mendambakan ketenangan batin dan tempat untuk bergantung agar kegelisahan batinnya bisa hilang.
Seseorang yang tinggal di suatu tempat dan merasa tersingkir dari kehidupan di suatu tempat dan merasa hidup sebatang kara. Pada saat ini dia mendambakan ketenangan batin dan tempat untuk bergantung agar kegelisahan batinnya bisa hilang.
3) Perubahan
Status
Perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang dapat menyebabkan terjadinya konversi agama. Apalagi perubahan itu
terjadi secara mendadak. Seperti perceraian atau kawin dengan orang yang
berlainan agama.
4) Kemiskinan
Masyarakat yang awam cenderung untuk memeluk
agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik.
Dan para ahli ilmu pendidikan
berpendapat bahwa yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah kondisi
pendidikan.
c. Memantapkan
atau mengokohkan perilaku yang baik dalam diri saya
Setelah melakukan suatu perbuatan yang
dikatakan sebagai tindakan taubat, pada diri saya yang dilakukan dalam hal ini
yaitu memulai untuk membiasakan perbuatan-perbuatan yang dipandang baik maka
salahsatunya adalah memulai melaksanakan shalat lima waktu secara rutin dan
kegiatan yang lain secara disiplin namun hal ini merupakan sesuatu tindakan
yang cukup sulit jika dipandang oleh masyarakat umum karena mempertahankan
suatu kebaikan lebih sulit dibanding dengan melakukan suatu keburukan dan diri
saya sendiri sampai sekarang masih ada masalah dalam mempertahankan kebaikan,
hal ini dikarena dari dampak perilaku saya sebelumnya.
C. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas maka dapat
ditarik sebuah kesimpulan yang bias dijadikan pedoman bertindak dalam sesuatu
kehidupan setiap harinya karena manusia secara umum adalah seseorang yang dalam
kehidupannya tidak ingin dipandang rendah oleh masyarakat umum dan kehidupannya
selalu ingin berubah kepada yang lebih maju.
Terbukti yang terjadi dalam diri saya
sendiri sejak masa awal remaja sampai pertengan remaja kira-kira dua tahun
terhitung mulai usia 13-15 tahun. Dalam fase ini saya dari perilaku perbuatan
yang paling buruk sampai bertaubat dan mencoba untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan
yang baik sampai sekarang. Kejadian tersebut terjadi sangat singkat, cepat dan
berubah sangat drastis yang tadinya berpenampilan buruk kemudian secara
takterduga berubah menuju kepada kebaikan sehingga terbentuknya Kristal nilai
pada diri saya.
Hal-hal di atas merupakan sebuah teori
dalam ilmu Psikologi Agama yang disebut konversi agama. Konversi agama adalah
teori yang mengatakan tindakan bertobat, berubah agama, berbalik pendirian
(berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi
paderi). Dalam kasus termasut konversi agamayang bertipe Self-Surrender
(perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi
secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba
berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Secara tidak sengaja
diri saya telah melalui beberapa tahapan proses dari konversi agama pada
perubahan secara drastis dan terbukti bahwa teori tersebut benar-benar dapat
dipakai dalam ranah perkembangan rasa agama pada diri manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin, Prof. Dr. H. 2008. Psikologi Agama. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Darajat, Zakiah, 2003. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:
Bulan Bintang
Langgulung,Hasan, Prof. Dr..1986. Teori-Teori
Kesehatan Mental.Jakarta: Radar Jaya Offset
0 Comment for "Psikologi Agama"