BLOG PEMBELAJARAN

Psikologi Agama


PENGANTAR

            Masa remaja pada umumnya merupakan masa yang sering dipndang oleh masyarakat umum adalah masa-masa yang sangat brutal, emosional, agresif, religius, pencarian identitas, dan serta masih banyak lain yang terjadai pada masa tersebut. Namun anggapan tersebut terkadang tidak semuanya tepat, hal tersebut terbukti bahwa pada masa remaja seringkali banyak anak-anak remaja yang terlihat berpenampilan atau berprilaku negatif, terbukti sifat negatif itu pernah saya alami semenjak saya duduk di kelas dua sekolah menengah pertama (SMP).

            Tidak dapat dipungkiri terkadang suatu teori yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang religius, hal tersebut tidak sejalan dengan masa perkembangan ramaja pada masa sekarang ini dan hal ini masih di dukung oleh kejadian-kejadian atau relaita yang sering terjadi pada lingkungan masyarakat. Yang sangat terlihat dengan jelas perilaku anak remaja pada masa sekarang ini yang sangat brutal atau terkadang ada juga yang terlibat dalam kasus kriminal. Kejadian-kejadian seperti hal tersebut sudah saya alami selama kurang lebih dua tahun dan pada masa-masa tersebut perasaan yang terdapat di benak saya hanya sifat  berfoya-foya, sering melanggar aturan dan rasa agamapun tidak terpikirkan didalam hati saya. Pada masa tersebut perilaku  yang saya alami masih merasakan sifat-sifat yang sangat berkeinginan untuk melakukan perbuatan yang dilanggar oleh aturan atau norma dan pernah perbuatan tersebut sampai-sampai membuat kaluarga dan teman saya merasa sangat tersinggung sehingga pernah ada teman perempuan saya yang memarahi saya sampai habis-habisan, pada saat itulah saya di marahi dan dicacimaki oleh orang-orang sekitar saya sehingga jika melihat saya sampai-sampai ada yang jijik dengan perilaku saya dan secara tiba-tiba kejadian yang sangat besar terjadi dilubuk hati saya yang paling dalam saya merasa salah dengan perilaku yang saya lakukan selama ini, kemudian muncullah sifat religius atau rasa agama dan kejadian tersebut sering disebut dalam ilmu psikologi agama adalah teori konversi agama(religious conversion) yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa perpindahan rasa agama secara cepat atau tiba-tiba, yang dulunya berperilaku buruk dan secara cepat berubah perilaku agamis. Atau pengertian yang lain yaitu yang terdapat dalam buku psikologi agama karangan Prof. Dr. H. Jalaludin menyebutkan bahwa (religious conversion) secara umum dapat diartikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Dalam kasus ini dengan jelas bertipe Self-Surrender (perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
            Dengan selesainya tugas penelitian ini yang kurang lebih saya kerjaka selama satu minggu dengan meneliti saya sendiri yaitu yang saya beri judul refleksi rasa agama pada usia remaja. Disini saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kesehatan saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancer tanpa halangan dan juga tidak lupa kepada ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya tanpa henti dan juga kepada ibu bapak saya yang selalu mendukung saya dalam perkuliahn saya dan tidak luput juga saudara, teman-teman saya yang sering memberi motivasi kepada saya, semuanya saya ucapkan terimakasih.
Dengan berpegangan bahwa segala kesempurnaan hanya milik Allah swt, maka dengan kerendahan hati dari segala pandangan kritik dan saran sangat saya nantika demi kesempurnaan makalah ini, saya ucapkan terima kasih.


        Yogyakarta, 3 Januari 2012

                                                                                                            
  Penyusun





A.    Landasan Teori
Pengertian Konversi Agama
Konversi agama (religious conversion) secara umum dapat diartikan
dengan berubah agama ataupun masuk agama.[1] Menurut Thouless (1992), konversi
agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus
kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara
berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
Pengertian konversi agama menurut etimologi konversi berasal dari kata
latin “conversio” yang berarti tobat pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata
tersebut dipakai dalam kata Inggris “conversion” yang mengandung pengertian:
berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from
one state, or from one religion, to another).[2] Berdasarkan arti kata-kata tersebut
dapat di simpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: bertobat,
berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau
masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
Ada beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama antara lain:[3]
a.       Max Heirich (dalam buku Psikologi Agama karangan Prof. Dr. H. Jalaludin, 2008) mengatakan bahwa konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
b.      William James (dalam buku Psikologi Agama karangan Prof. Dr. H. Jalaludin, 2008) mengatakan konversi agama adalah dengan kata kata:
“to be converted, to be regenerated, to recive grace, to experience religion,
to gain an assurance, are so many phrases which denote to the process,
gradual or sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong
inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and
happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities”.
“berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman
beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses
baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang di lakukan secara sadar dan
terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan
kenyataan beragama”.
c.       Clark (dalam Daradjat, 1979), memberikan definisi konversi sebagai
berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan
spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap
terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi
agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat
hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat
mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara
berangsur-angsur.[4]

B.     Pembahasan
1.      Timbulnya Permasalahan
Pada mula-mulanya permasalahan dapat timbul dikarenakan terdapat beberapa pengaruh atau faktor yang menimbulkannya, diantaranya:
a.       Faktor intern (dari dalam)
Di sini faktor dari dalam merupakan pengaruh yang sangat banyak dalam pembentukan suatu permasalahan, yang paling sering terjadi misalnya dalam hal ini adalah kondisi psikis atau jiwa. Saya sendiri pernh mengalami hal tersebut pada masa remaja, yang didalam jiwa saya adalah rasa ingin selalu terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar atau keluar dari aturan dan parahnya saya tidak merasakan bersalah atas perbuatan yang saya lakukan. hati saya menginginkan agar nafsu saya yang mengendalikannya agar semua keinginan saya tercapai. Contoh perbuatan negatif yang saya lakukan semenjak saya masih remaja kira-kira berumur 15 tahun misalnya perbuatan seperti tidak melakukan shalat wajib lima waktu, mencuri, sering keluar rumah tanpa seijin orang tua, berbohong, suka menjahili teman sekelas dan masih banyak yang lain. Perilaku-perilaku seperti tersebut sudah sering saya lakukan sejak saya awal remaja. 
b.      Faktor ekstern (dari luar)
Faktor ini juga sangat berpengaruh sangat banyak dalam proses pembentukan permasalahan. Tidak tanggung-tanggung perilaku buruk yang saya lakukan kebanyakan dipengaruhi oleh faktor dari luar lingkungan, misalnya saja lingkungan sekolah, sebenarnya didalam lingkungan sekolahan sudah diterapkan suatu standar peraturan-peraturan yang diberlakukan, namun saya dalam hal ini karena terpengaruh dengan teman-teman sekelas saya yang kebetulan teman saya rata-rata mempunyai perilaku yang buruk sehingga sayapun ikut terjerumus dalam perbuatan yang terlarang. Pengaruh teman-teman  sekolah yang banyak mendominasi dari pada faktor yang lain, seperti faktor dari keluarga dan masyarakat. kebanyakan faktor teman sekelas sejak saya duduk dikelas dua SMP yang angat berpengaruh dalam perilaku yang negatif saya.
2.      Masa-Masa Terjadinya Permasalahan
a.       Rasa nafsu
Nafsu merupakan bawaan manusia yang diberikan oleh Tuhan dan lawannya nafsu yaitu akal. Namun keduanya nafsu dan akal terkadang dalam tubuh manusia yang sering bertindak atau mendominasi adalah nafsu itu sendiri, sehingga akibat dari yang mengontrol tubuh kita adalah nafsu maka perilaku kita akan selalu berbuat negatif. Saya sendiri dalam hal ini sejak usia remaja kelas satu SMP nafsu sudah mulai menguasai didalam tubuh saya dan ketika menganjak kelas dua SMP mulailah nafsu yang mendominasi pemikiran saya, sehingga akalpun membeku untuk berfikir. Dampaknya dari perbuatan yang dikontrol oleh nafsu adalah pasti berkeinginan untuk menuruti nafsu birahinya itu sendiri agar tercapai keingingnnya yang kotor. Contohnya dalam hal ini sudah banyak saya sebutkan di atas dan saya akan menyebutkan satu masalah saya sendiri yang sangat menonjol yaitu perilaku yang suka menjahili teman sekelas baik laki-laki maupun perempuan. Kurang lebih perbuatan itu saya lakukan selama kurang lebih 1,5 tahun yaitu sejak saya kelas dua sampai awal kelas tiga SMP. Saya sendiri dalam melakukan perbuatan tersebut tidak merasa rugi parahnya lagi membuat saya ketagihan dan terkadang teman-teman sekelas saya jika melihat saya menjadi jijik dan takut dengan perilaku saya. Contoh yang kongkret dalam hal ini misalnya, ketika seorang siswa sedang berkonsentrasi menulis tiba-tiba bukunya saya tarik, pernah saya merobek baju teman saya sampai robeknya itu lebar, dan pernah ketika sekolah mengadakan lomba memasak saya pernah mencuri atau merusak hasil dari masakannya. Maka perbuatan seperti tersebut yang menjadikan saya di benci, dijauhi, diolok-olok oleh sebagian teman-teman saya.
b.      Perilaku melanggar agama
Agama merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh setiap orang dalam mempercayai Tuhannya dan dalam agama itu sendiri terdapat berbagi macam peraturan-peraturan yang harus dipatuhi. Rata-rata semua agama mengajarkan perilaku atau perbuatan yang baik, namun terkadang manusianya itu sendiri yang membuat keburukan. Dalam hal ini saya sendiri salah satu yang selalu melanggar peraturan-peraturan agama dihitung sejak saya kira-kira akhir masa anak-anak sampai pertengahan masa remaja, namun yang menonjol yaitu sejak saya duduk dikelas dua SMP.
Perbuatan-perbuatan melanggar agama yang sering saya lakukan, seperti tidak shalat lima waktu, pernah pada bulan ramadhan semua keluarga saya puasa, dan saya mengakunya puasa tetapi saya diam-diam makan ditempat yang sepi. Dan perbuatan seperti mencuri buah-buahan yang parahnya lagi pada bulan suci ramadhan, hal yang cukup sering saya lakukan adalah berbohong, tidak jujur, irihati, dengki, memfitnah dan masih banyak permasalahan yang lain. Dalam perilaku saya yang melanggar agama di benak saya tidak ada namanya rasa yang rugi, bersalah dan takut kepada Tuhan.
c.       Perilaku sosial
Dalam kehidupa masyarakat suatu kesatuan sosial merupakan aspek yang harus dilaksanakan karena menunjukkan kita sebagai makhluk sosial yang tanpa manusia lain kita tidak dapat hidup secara manusiawi.
Rasa sosial yang terdapat didalam diri saya sejak masa remaja sebenarnya cukup besar namun lagi-lagi diri saya dipengaruhi oleh nafsu sehingga akibatnyapun dipandang oleh masyarakat tidak etis, misalnya saya pernah berkerja bakti tetapi di malam hari sehingga membuat bising tetangga sekitar dan tidak kondisional. Pernah dengan saudara saya sendiri ketika itu saya mempunyai makanan banyak dan saudara saya meminta sayapun tidak memberinya namun jika mereka yang mempunyai makanan giliran saya memintanya dan harus dapat sampai-sampai keluarga saya mengatakan saya anak yang pelit.
d.      Pola hidup yang tidak teratur
Kedisiplinan merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan seseorang dan orang yang dianggap disiplia yaitu dapat dilihat dari kegiatannya, perilakunya dan hasilnya dalam kehidupan kesehariannya.
Kedisiplinan yang ada dalam diri saya sejak masa pertengahan remaja adalah dipandang sangat tidak disiplin atau bias dianggap tidak mempunyai kedisiplinan sedikitpun, misalnyapun dalam membagi waktu, saya sering tidur larut malam bangunnyapun kesiangan sehingga terlambat kesekolahan dan kebiasaan tersebut sering saya lakukan berulang-ulang, juga tidak ada waktu untuk ibadah dan belajar adanya yang terpikirkan bermain terus-terusan sampai capek.
e.       Dampak buruk dari perilaku negatif
 Dampak yang timbul dari semua perbuatan buruk diatas sangatlah banyak diantaranya yang sanagat membekas sampai sekarang adalah tidak berhasilnya dalam pencapaian suatu ilmu secara normal yang saya sendiri merasakan bahwa saya tertinggal dari teman-tman dalam pencapaian ilmu dan masalah yang juga besar adalah dampak dari kedisiplinan yang kadang-kadang masih terbawa.
Dampak dari ketraumaan teman-teman saya yang melihat perilaku saya sejak masa remaja yang cukup brutal sehingga menganggap perilaku saya masih buruk dihadapan mata mereka sampai detik ini sehingga jika saya berpapasan di jalan dengan teman SMP saya, maka mereka menganggap masih saya yang dulu. Dan hal ini sampai sekarang yang terpikirkan oleh saya.
3.      Fase Penyadaran Diri
Pada umumnya seseorang yang mempunyai sifat normal dalam perkembangannya pasti akan mengalami perubahan-perubahan yang lebih maju dan jika seseorang tersebut ingin merubah tujuannya yang lebih layak dan pantas di pandang oleh masyarakat umum maka orang tersebut akan melakukan perubahan demi harga dirinya.
Dalam fase penyadaran diri, saya sendiri telah melampoi beberapa tahap yang cukup menegangkan diantaranya;
a.       Bersalah atau merugi atas perbuatan yang saya lakukan
Setelah merasa perbuatan diri saya selama ini salah, maka yang membuat saya berfikir dua kali dalam melakukan sesuatu tindakan dan perilaku, sehingga mengakibatkan  diri saya merasakan bersalah yang sangat besar dan seperti rasanya saya ditimpa sebuah kesalahan yang mengutuk diri saya sehingga setiap saya menginggat semua perbuatan buruk saya pasti penyesalan yang terpikirkan.
b.      Perpindahan dari perilaku buruk menuju yang lebih baik
Setelah penyadaran diri saya dalam melakukan tindakan maka selanjutnya perpindahan perilaku dari yang buruk untuk menuju yang lebih baik. Dalam hal ini saya sangat betul-betul merasakan perpindahan perilaku tersebut yang sangat cepat dan drastis. “Kejadian ini ketika saya pulang berjama’ah shalat isya’ dari mushola kebetulan pada bulan syuro, setelah tiba dirumah saya anehnya dalam benak saya sesuatu yang sangat mengagumkan dan bisa dibilang sebuah ilham dari Tuhan yaitu sesuatu pemikiran atau perilaku dalam bertindak dalam diri saya yang menyuruh agar saya untuk selalu berbuat yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang ada”. Semenjak kejadian malam syuro itu saya merasa bahwa selama bertindak dan melakukan sesuatu perbuatan didalam diri saya merasakan bahwa ada yang memantau atau yang mengawasi dalam setiap bertindak.
Hal-hal di atas merupakan sebuah teori dalam ilmu Psikologi Agama yang disebut konversi agama yang bertipe Self-Surrender (perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Pada konversi agama tipe kedua ini James mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa sepenuhnya. Jadi ada semacam petunjuk (hidayah) dari Tuhan. Ciri-ciri seseorang melakukan konversi agama, didalam buku Psikologi Agama yang dikarang oleh jalaludin,[5] diantaranya sebagai berikut:
1)      Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2)      Perubahan yang terjadi di pengaruhi kondisi kejiwaan sehinggamperubahan dapat terjadi secara berperoses atau secara mendadak.
3)      Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang di anutnya sendiri.
4)      Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari yang maha kuasa.
Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama diantaranya (dalam buku Psikologi Agama karangan Prof. Dr. H. Jalaludin);[6]
William James mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya konversi agama antara lain :
1)      Konversi agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
2)      Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
Konversi agama dapat terjadi oleh 2 faktor intern dan faktor ekstern yaitu;[7]
Faktor Intern
1)     Kepribadian
W. James menemukan bahwa, tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
2)     Pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecendrungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama, ini dapat dilihat urutan kelahiran. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stres jiwa. Kondisi tersebut juga bisa mempengaruhi terjadinya konversi agama.
Faktor Ekstern
1)     Keluarga
Terjadinya ketidakserasian, keretakan keluarga, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, tidak harmonisnya keluarga serta kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat kondisi tersebut bisa saja menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga terjadi konversi agama dalam usahanya untuk mencari hal-hal baru dalam rangka meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
2)     Lingkungan
Seseorang yang tinggal di suatu tempat dan merasa tersingkir dari kehidupan di suatu tempat dan merasa hidup sebatang kara. Pada saat ini dia mendambakan ketenangan batin dan tempat untuk bergantung agar kegelisahan batinnya bisa hilang.
3)      Perubahan Status
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dapat menyebabkan terjadinya konversi agama. Apalagi perubahan itu terjadi secara mendadak. Seperti perceraian atau kawin dengan orang yang berlainan agama.
4)      Kemiskinan
Masyarakat yang awam cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik.
Dan para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah kondisi pendidikan.
c.       Memantapkan atau mengokohkan perilaku yang baik dalam diri saya
Setelah melakukan suatu perbuatan yang dikatakan sebagai tindakan taubat, pada diri saya yang dilakukan dalam hal ini yaitu memulai untuk membiasakan perbuatan-perbuatan yang dipandang baik maka salahsatunya adalah memulai melaksanakan shalat lima waktu secara rutin dan kegiatan yang lain secara disiplin namun hal ini merupakan sesuatu tindakan yang cukup sulit jika dipandang oleh masyarakat umum karena mempertahankan suatu kebaikan lebih sulit dibanding dengan melakukan suatu keburukan dan diri saya sendiri sampai sekarang masih ada masalah dalam mempertahankan kebaikan, hal ini dikarena dari dampak perilaku saya sebelumnya.
C.    Kesimpulan
Dari pemaparan di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan yang bias dijadikan pedoman bertindak dalam sesuatu kehidupan setiap harinya karena manusia secara umum adalah seseorang yang dalam kehidupannya tidak ingin dipandang rendah oleh masyarakat umum dan kehidupannya selalu ingin berubah kepada yang lebih maju.
Terbukti yang terjadi dalam diri saya sendiri sejak masa awal remaja sampai pertengan remaja kira-kira dua tahun terhitung mulai usia 13-15 tahun. Dalam fase ini saya dari perilaku perbuatan yang paling buruk sampai bertaubat dan mencoba untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang baik sampai sekarang. Kejadian tersebut terjadi sangat singkat, cepat dan berubah sangat drastis yang tadinya berpenampilan buruk kemudian secara takterduga berubah menuju kepada kebaikan sehingga terbentuknya Kristal nilai pada diri saya.
Hal-hal di atas merupakan sebuah teori dalam ilmu Psikologi Agama yang disebut konversi agama. Konversi agama adalah teori yang mengatakan tindakan bertobat, berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah) terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi paderi). Dalam kasus termasut konversi agamayang bertipe Self-Surrender (perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Secara tidak sengaja diri saya telah melalui beberapa tahapan proses dari konversi agama pada perubahan secara drastis dan terbukti bahwa teori tersebut benar-benar dapat dipakai dalam ranah perkembangan rasa agama pada diri manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin, Prof. Dr. H. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Darajat, Zakiah, 2003. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Langgulung,Hasan, Prof. Dr..1986. Teori-Teori Kesehatan Mental.Jakarta: Radar Jaya Offset


[1] Prof. Dr. H. Jalaludin, Psikologi Agama ,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 311
[2] Ibid., Hal. 311
[3] Ibid., Hal. 311-312
[4] Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama,( Jakarta: Bulan Bintang, 2003)
[5] Prof. Dr. H. Jalaludin, Psikologi Agama ,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 312
[6] Ibid., Hal. 311-312
[7] Ibid., Hal. 315-316

Labels: MATERI AGAMA, MATERI UMUM

Thanks for reading Psikologi Agama. Please share...!

0 Comment for "Psikologi Agama"

Back To Top